Rabu, 02 November 2011

adil tak berarti sama

      Namanya Olivia, dia mahasiwa dislah satu perguruan swasta Jakarta. perempuan manis yang hobby baca buku ini senang sekali berkunjung ke sebuah yayasan anak yatim pinggir kota. seperti sekarang ini, sabtu sore dibawah gerimis, oliv begitu sapaan akrabnya menyusuri gang-gang sempit menuju yayasan yang tlah dianggapnya sebagai rumah keduanya.
      "mbak oliv!! ada mbak oliv datang nii, cepetan kesini...!!" teriak anak perempuan dengan kuncir merah ketika melihat oliv datang, tak lama kemudian anak-anak lainya keluar menghambur menyambut kedatangannya.
     oliv tersenyum, hatinya selalu senang melihat senyum bahagia anak-anak manis tanpa pamong ini. dikeluarkannya gantungan manis yang tak sengaja dibelinya sewaktu dijalan menuju yayasan tadi. "mbak punya hadiah buat kalian. hayooo!! siapa yang mau hadiah?!" ujarnya sambil mengeluarkan sekantong gantungan kunci berbentuk bintang kepada anak-anak itu.
      "aku mau! aku mau!" teriak anak-anak itu bersemangat. satu persatu gantungan itu dibagikan kepada anak-nak manis itu. dan anak-anak manis itu tersenyum menerima hadiah kecil yang dibawakan oliv
     "kalian yang membuatku tegar selama ini. kalian yang memberiku ruang untuk belajar sebuah rasa syukur. melihat kalian hari ini seperti melihat malaikat-malaikat kecil yang bahagia. begitu polos dan manis senyum itu kalian sungguhkan padaku. aku yang bahkan tak pernah tau bagaimana hidup seperti kalian, aku yang mungkin selama ini tak tegar menjalani takdir Tuhann seperti kalian."
       oliv hanyalah perempuan biasa yang kemudian dipertemukan oleh wajah-wajah manis penghuni yayasan ini. kebesaran hati dan pembelajaran hidup besar dia peroleh dari pertemuan indah ini. dia yang selama ini mungkin tak pernah tau bagaimana rasanya berada didunia sendirian kini menjadi teman paling setia bagi  anak-anak manis ini.
      ini pembelajaran besar untuk seorang olivia! bagaimana kemudian Tuhan mengajarkan syukur itu melalui anak-anak yang berada dalam dunia seperti ini. sekali lagi. kalia lebih beruntung dari pada orang-orang disekitar kalian. maka janganlah mengeluh dengan keadaan yang kalian nikmati hari ini. karena Tuhan akan selalu adil! dan adil tidak berarti sama.

*semoga bermanfaat     



Kamis, 23 Juni 2011

‘Jilbab’ awal ku..


oleh : Siami Khadijah Maysaroh
 
Aku duduk menatap layar TV yang menayangkan sinetron remaja, dengan sedikit tangisan akibat drama yang mereka mainkan membuatku terharu.
“Ami! Sini dulu nak, mama mau ngomong bentar” panggilan mama mengganggu konsentrasiku menonton. ‘uugh mama apaan sih ganggu aja’ gerutu ku dalam hati. Dengan berat aku melangkah malas menemui mama.
“ada apa sih ma? Ganggu ami lagi nonton aja deh. Sinetronnya lagi seru-serunya tuh..” omelku tak terima.
“duduk sini dulu nak. Sini duduk sampaing mama sayang.” Mama merayuku manis dengan senyumnya, sambil mengajakku duduk disampingnya.
Aku bersandar manja pada pundaknya yang nyaman. Mama mengelus rambutku penuh kasih. Aku menikmati benar aliran kasih mama mengalir hangat dalam tubuh ku. “mama mau ngomong apa? Kayaknya serius nih yang pengen mama omongin sama ami. Mama mau ngasih anak mama yang cantik ini hadiah ya??” aku menggoda manja pada mama.
Hanya senyum dan kecupan manis yang diberinya padaku. Pelukannya menguat. Matanya menerawang ke arah jendela, menatap langit cerah sore itu. “mama boleh minta sesuatu nggak sama ami?” ucapnya terlihat serius.
“boleh dong! Apa sih nggak boleh buat mama ku tersayang. Asal mama jangan minta ami untuk buatin makan malam aja, ami nggak bisa masak soalnya. Hehe..” canda ku.
Mama tertawa kecil. “lagian ngapain mama nyuruh kamu buatin makan malam? Kapok ah, ntar gosong lagi kayak kemaren.” Mama kembali menggoda ku. Aku hanya tersenyum malu mengingat kejadian itu.
“mama mau ami pake jilbab sayang.” Degh! Aku tersenttak mendengar kata ‘jilbab’. Benar saja, mama menyuruh ku menutup kepalaku dengan kain yang bernama jilbab?? “pasti ami cantik kalo pake jilbab..” mama menatap mata ku, mengusap kepalaku dan membelai rambut ku yang berantakan.
“Aaa... mama bercanda deh!” jawabku mencoba menenangkan perasaan ku yang tak percaya. Aku berharap mama tak serius dengan ucapannya.
“mama serius sayang. Mama mau anak mama yang cantik ini melindungi mahkotanya yang paling indah! Mama mau ami belajar memenuhi kewajiban ami sebagai seorang perempuan muslim. Mama mau anak mama yang cantik ini tambah cantik kalau pake jilbab.” mama menatapku. Begitu berharap pada keinginannya kali ini.
“Ami belum siap ma.. Ami masih terlalu nakal dan bandel untuk pake jilbab. Ami takut nanti ami malah menodai jilbab yang ami pake. Ami belum siap sekarang ma!” aku menekankan pada kata ‘siap’ dan menurutku mama akan setuju dengan alasan ku. Karena setahu ku ‘jilbab’ bukan lah mainan. Dan jelas butuh komitmen yang kuat untuk menjalaninya nanti.
“kapan ami siap?” pertanyaan mama membuatku terdiam. Mama menggenggam erat tangan ku “ami mau mama dan papa meninggal sebelum ami menjalankan kewajiban ami untuk berjilbab? Dan ami tau neraka yang mama terima ketika mama dan papa belum bisa membuat ami memenuhi kewajiban ami. Dan mama akan begitu merasa berdosa jika aurat ami tetap terlihat bebas oleh orang yang bukan halal untuk ami.” Mama menatapku lurus. Pandangannya begitu berharap pada ku.
Kali ini aku tertunduk. Aku terdiam mendengar kata-kata mama barusan. Artinya ami akan jadi anak durhaka nanti?? Astafirullah!! Aku tidak ingin menjadi anak yang mencelakakan orang tua ku. Aku sayang mama, aku sayang papa. Jelas aku tidak ingin membiarkan mereka menyentuh neraka sedikit pun.
Mama kembali mengelus lembut kepalaku. Satu ucapan tegar yang terucap dari bibir penenangnya “mama yakin, ami tau apa yang harus ami lakukan. Mama berharap besar pada mu nak! Mama sayang sama ami.” Mama menatapku, mencoba menguatkan kemudian pergi membiarkanku berpikir dalam kesendirianku. Tatapannya menguatkan ku akan keputusan yang nantinya ku ambil. Ini bukan hal mudah untuk ku. Dan ini adalah pendewasaan untuk tahap awal. Aku butuh dekapanmu Rahman. Aku butuh kekuatan kasih dari Zat yang begitu ku percaya.
Ami yakin kau bersama ku. Dan ami yakin kau akan menuntun langkah ku kali ini.
^^^
 Al-Quran surah An Nur ayat 31, yaitu:
katakanlah kepada wanita yang beriman: "hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.(QS. An Nur ; 31)

 Semoga bermanfaat untuk ku dan untuk pembaca sekalaian..

Minggu, 17 April 2011

Anak Koran


oleh ; Siami Khadijah Maysaroh

Koran! Koran! Koran kak, koran mbak!”
Aku menulis sambil duduk bersender dipohon rindang pinggir danau kampus. Mengamati anak-anak kecil itu. Begitu ceria, berlomba-lomba dengan teman teman lainya menawarkan satu persatu koran mereka. Anak–anak hebat! Mereka menepis rasa malu dengan berjualan koran di kampus hijau ini. Walau tak jarang menerima cibiran masam dari mereka yang memandang rendah, senyum itu tak pernah pudar. Tolakan demi tolakan mereka terima, namun semangat itu terlihat terus mengalir. Tak ada kata menyerah.
Satu koran terjual dan lompatan bahagia itu terpancar dari wajah-wajah kecil nan polos. Senyuman miris ini terukir diwajahku, sedih rasanya melihat anak-anak sekecil mereka mencari uang. Mereka yang seharusnya menikmati masa kecilnya dengan bermain di sekolah, bercengkrama tanpa beban dan tertawa menikmati masa kecilnya yang bebas. Namun kini yang kusaksikan, mereka mengisi hari-hari mereka dengan berjualan koran.
            “koran dek!” teriaku melambaikan tangan pada mereka. Tak lama mereka menghambur pada ku. “koran mbak?? Seribu lima ratus satu mbak.” Aku mengangguk dan memberinya selembar uang dua ribu. “nah! Ini baliknyo mbak. Makasih mbak!” sodornya dan kembali berlari pada pembeli yang lain.
Hatiku bergetar dan air mata ini mulai menetes. Hanya kata ini yang dapat ku tulis, “Ya Allah terima kasih atas berkah ini”.

Jumat, 25 Maret 2011

Apah!!

oleh: Siami Maysaroh

          ”Amiii!!!”
Aku tersentak dalam pencarian ku, mata itu begitu sembab dan redup. Kakak datang menghambur padaku, tangisnya pecah dipelukanku.
“apah1 mi, apah! Hiks,” tangisnya semakin menjadi-jadi. Aku tak sanggup melihat tangis ini. Sontak air mataku pun mengalir. Entah hati ini juga begitu renyuh ketika mendengar kabar sedih ini.
Kupapah kakak menuju kursi disudut koridor Rumah Sakit. Kucoba menenangkan tangisnya. Dia tampak begitu lelah. Wajar saja sejak tadi malam dia tak berhenti menangis. Suasana Rumah Sakit cukup ramai, kemungkinan tak kan ada yang melihat tangis kami disini.
“sabar ya kak, kita doakan yang terbaik untuk apah! Kuatin hati kakak.”
^^^
Pukul 04.30 pagi tadi, aku terbangun dalam gelap. Mati lampu rupanya. Hujan dan angin dingin semakin membuatku malas untuk bangun. Kuraba meja belajarku mencari keberadaan HP tercintaku. Tak ku temukan! Brukk!!
“sial!” gerutu ku. Gelas minum ku terjatuh menambah kacau keadaan. Diamana HP ku? Huh, akhirnya kutemukan. Tapi...., sepertinya pagi ini begitu menyebalkan untuk ku. Kupencet-pencet tombol HP ku, tak menyala. Lowbath ternyata. Arrgghhh!!! Ku hempaskan kembali tubuhku dan menarik selimut hangatku dan kembali mendengkur dalam kegelapan.
Sejam kemudian aku terbangun, entah mengapa perasaan ku tiba-tiba terasa tak enak. Kuraih HP ku, ku coba untuk menghhidupkannya. Nihil! Ku lari ke kamar sebelah mencari pinjaman HP.
“Arra!! Ara!!” gedorku.
“hey! Apa-apaan sih pagi-pagi buta gini dah teriak-teriak. Gangguin tidur gue aja. Huh! Ngapain??” cerocos ara tak senang ku bangunkan dengan paksa.
“aduh! Udah deh yee. Ntar aja ngomelnya. Gue mo minjem HP loe. HP gua lowbath nih!”
“apaan?? Loe tu ya, kebiasaan banget deh. Emang kerja loe apaan sih ampe bathre HP ja sampe lowbath. Sok sibuk deh ye..” inilah teman ku yang bawel. Selalu tak berhenti memberiku celoteh dan siraman layu kalo aku dikit aja salah.
“iyaa... gua lupa. Maaf sayang, tapi saat ini keadaan darurat. Gue butuh HP loe bentar aja, perasaan gue nggak enak banget nih! Pliiss yah,” ku tepis tangan arra dan menerobos masuk, ku ambil HP nya dan kemudian membongkar dan mengaktifkan nomorku. tak ku hiraukan amukan arra. Maaf yah arra, lagi darurat soalnya. Hehe
Benar saja, 12 pesan masuk. Dan ya Tuhan! Satu kabar yang sontak membuatku syok.
Ami!!
apah msk RS, kk di Semarang skrg.
Firasatku benar ternyata Tuhan. Sms ini dari kakak, Elvi namanya sahabat terbaik ku saat SMA dulu. Aku menangis terduduk. Melihatku menangis ara menghentikan celotehnya, mendekat dan merangkulku. Apah!!
^^^
Aku lari menyusuri koridor Rumah Sakit, mencari ruang ICCU tempat apah dirawat.
Sesaat setelah membaca sms dari kakak, aku langsung menghubunginya. Dia menjelaskan secara singkat kejadiannya. Memberiku alamat RS dimana apah dirawat. Nadanya sengau, terdengar begitu pilu.
Ku hampiri resepsionis dan menannyakan ruang yang kumaksud. Tak lama kemudian aku bertemu dengan kakak. Dan menuju ruang ICCU.
Ceritanya begitu mengagetkan memang. Apah memang sudah lama sakit, tapi sejauh ini perkembangan kesehatannya telah membaik bahkan begitu pesat. Barang mustahil kejadian seperti ini terjadi begitu saja. Jelas membuat syok semuanya.
Apah terbaring lemah, dengan begitu banyak kabel-kabel yang menempel di dadanya. Kasihan tubuh itu, begitu lemah dan terlihat tersiksa dengan peralatan itu. Tak tega aku melihatnya.
“apah kemarin masih sehat nak, tapi tiba-tiba jatuh pingsan, hiks! Sudah dibawa ke rumah sakit daerah sorenya. Tapi bukannya membaik malah keadaannya semakin buruk. Sampai muntah darah. Tekanan daranya naik turun. Tengah malam tadi dokternya memberi saran untuk dibawa keRumah Sakit kota, dan sampai sekarang belum sadar-sadar juga. hiks!” isak amak2 menceritakan kejadiannya padaku. Gadis tua itu begitu terpukul kelihatannya melihat keadaan suami tercintanya terbaring lemah tak berdaya seperti ini.
Ya Tuhan, berikan kesembuhan pada apah. Ayah sahabat terbaikku yang selama ini telah kuanggap sebagai ayah ku sendiri. Apah memang telah ku anggap sebagai ayah kandunggku sendiri. Setelah perceraian kedua orang tuaku yang secara tidak langsung telah membuatku kehilangan sosok ayah yang ku banggakan.
Yah! Selama ini apah telah membagi kebahagiaannya padaku, mengajari segala sesuatu yang tak ku dapatkan dari ayah kandungku sendiri. Begitu lekat kebahagiaan itu terpatri di ingatan ku.
Sosok apah yang menguatkan ku saat keadaan keluargaku begitu membuatku menjadi seorang anak broken home. Seorang anak yang mungkin akan rusak karena korban keegoisan orang tuanya sendiri. Apah yang membuatku menjadi sosok perempuan perkasa dan mandiri. Mungkin jika apah tak ada aku telah terjebak dalam lingkaran hitam narkoba dan pergaulan bebas di luar sana.
Air mata ini tak tahan lagi kubendung. Ku lari keluar dan menagis sejadi-jadinya. Tak tega kuperlihatkan tangisan ini di depan amak dan adik kak elvi. Sekuat mungkin aku berusaha terlihat kuat di depan mereka.
“menagislah! nggak ada yang lihat kok.”
Aku tersentak melihat kak elvi  telah berada dibelakangku. Melihat ku tertunduk dalam tangis.
“lanjutin tangis loe, itu hak loe kok buat nangis. Lagian loe juga manusia kan? Wajar lah kalo loe sedih.” Kata-katanya bergetar. Kakak mencoba tegar dihadapaku.
“maafin gue ya kak. Seharusnya gua tau ini dari tadi malam. Cuma karnakebiasaan jelek gue, jadi baru tadi pagi taunya,” isak ku.
“udahlah! Yang penting loe dah disini sekarang.”
“kakak.” Aku memeluknya dan kembali menangis. Saat ini terasa seperti mimpi buruk dalam tidur yang panjang.
Kakak mengelus rambutku. Matanya terpaku. Dia mulai bercerita tentang kenagan-kenangan manis bersama apah! Matanya begitu kosong. Kering tak bisa lagi tuk menagis.
Ya Allah berikan yang terbaik untuk apah dan kami semua. jika kau masih mengizinkannya bersama kami, maka sembuhkan dia segera ya Allah.
Namun, jika memang dia harus pergi meninggalkan kami maka kami ikhlas melepasnya pergi, jangan kau sksa dia terlalu lama ya Allah. Dan berikan ketabahan pada kami yang ditinggalkan ya Allah.
Aammiinn!!


Ket:
·         Apah1: bahasa padang, sebutan untuk seorang ayah
·         Amak2: bahasa padang, sebutan untuk seorang ibu